Kulihat barisan tulisan – tulisan acak dari
teman – temanku yang ada di dunia maya. Aku tersontak begitu melihat satu akun
yang dekat bahkan sangat akrab denganku menuliskan serangkaian kata – kata yang
semakinku baca, semakin menyesakkan dadaku. Serangkaian kata – kata itu
sepertinya menjelaskan diriku dalam arti lain yang negatif. Aku tidak mengerti mengapa dia tega – teganya menjelek –
jelekkanku di dunia maya. Kalian tahu kan dunia maya itu apa? Dunia yang tak
mengenal batas, ruang, dan waktu. Padahal, dia adalah sahabat karibku. Ya…. Dialah Rani, orang yang selalu membuatku
merasa nyaman untuk mencurahkan curahan hatiku. Dialah pemberi saran terbaik
dari semua masalahku. Masalah percintaan, masalah persahabatan, bahkan masalah
keluarga sekalipun. Rani juga orang yang paling dekat denganku diantara kelima
sahabatku yang lain. Ya…. Kami bergabung dalam sebuah grup dance yang dikenal dengan nama GOLD, tapi kami bukan hanya sekedar
grup dance, persahabatan yang sangat
erat membuat GOLD sangat berarti bagi masing – masing kami, terutama bagiku.
***
“Kak aku bingung, aku
harus bagaimana sekarang, sepertinya Rani marah deh sama aku. Tapi aku tidak
tahu letak kesalahanku. Kalau begini caranya, bagaimana aku bisa intropeksi
diri. Dia hanya menulis serangkaian kata di akun situs jejaring social yang
membuatku sakit sekali,” jelasku.
“Memangnya kamu tidak
merasa punya salah dengannya? Tidak mungkin kan dia begini kalau kamu tidak salah.
Coba saja kamu tanya baik – baik dengannya,” jawab kakaku tegas.
“Aku mengerti Kak, aku
takut sekali untuk menanyakan hal ini kepada mereka. Mereka berlima, aku hanya sendiria,.” kataku
“Kalau begitu, Kakak
yakin sekali tidak semua dari mereka kesal denganmu. Minta saja bantuan
diantara Lila, Lesya, Paras, dan Timeh, untuk menyelesaian masalahmu,” jawabnya
secara bijak.
Ya… Lila, Lesya,
Paras, Timeh, Rani dan aku tergabung dalam GOLD. Kita semua mempunyai sifat
berbeda – beda yang saling melengkapi, yang tak kalah penting kami mempunyai
ciri khas yang kadang sering menjadi bahan lelucon ketika kami sedang bersama.
Lila dengan suara khasnya, Paras dengan jidatnyta yang jenong, kehiperaktifan
Lesya, rambutnya Timeh yang bondol, Rani yang pendek (hahaha, karena dia paling
pendek diantara kita) dan aku? Biar kalian yang menilai sendiri.
“Baik Kak, aku coba.
Semoga semua baik – baik saja dan seperti yang kuinginkan,” tuturku.
***
“Timeh, aku mau
ngomong sama kamu. Aku butuh sekali bantuanmu, Meh. Kamu tau kan posisiku
sekarang di GOLD? Aku percaya, kamu yang paling bijaksana diantara kita.
Bantuin aku buat nyelesain masalah ini,”
kataku sambil berlinang air mata.
“Udah udah Mil, tenang
aje. Aku pasti bantuin kamu. Sekarang, kamu tenangin diri dulu, kita segara
ngomong sama mereka.” jawab Timeh dengan bijaksana.
Saat Timeh memanggil
mereka, hatiku bener – bener berdegup kencang. Aku takut, kesal, benci, sedih,
dan bingung, semua menghantui perasaanku saat ini. Apa yang harus aku lakukan?
Memandang mata mereka saja membuatku berlinang air mata. Apalagi disaat kita memasuki
ruangan Lab Bahasa, aku benar - benar
takut, bahkan sangat takut.
“Udeh pada tau kan
pastinye kenape aku ngumpulin kalian disini? Sekarang langsung aje, aku mau
denger satu persatu alesan kalian mengapa kalian begini ke Silmy, terutama kamu
Ran,” kata Timeh dengan tegas.
“Oh aku? Sudahlah, aku
tidak mau bermunafik ria. Ini yah yang namanya sahabat? Di depanku, kamu
memakai topeng malikatmu. Dibelakangku, itulah
sifat aslimu. Kau memang Devil
Bertopeng Angel. Kamu itu munafik Mi. Kamu fikir, apa kamu saja yang sakit
hati? Aku lebih sakit Mi, terlebih diantara kita aku paling dekat denganmu. Aku
fikir kamu memang benar - benar baik,
tapiku rasa aku salah menilaimu, terjawablah sudah semuanya,” jawab Rani panjang
lebar.
“Aku munafik? Seperti
apa?” tanyaku dengan air mata yang sudah mengalir di pipiku.
“Banyak!” jawab Lila dengan
cepat.
“Seperti apa? Aku
benar – benar tak mengerti,” tanyaku lagi.
“Gini aja deh, Desty
aja sampai bilang sebenernya Silmy itu memihak ke siapa sih? Rani?” sahut Lila.
“Dia sampe bilang gitu berarti dibelakang Rani kamu jelek – jelekin Ranikan?”
lanjutnya.
Desty, ya dialah pacar
Bagas sekarang. Dahulu memang Rani terlibat konflik dengan Desty. Bagaimana tidak, dulu Bagas adalah
pacar Rani, setelah mereka putus, Bagas mendekati Desty, mungkin Rani merasa
tidak terima. Jujur saat itu kami semua membela Desty.
“Benar Mi, dulu kita
memang membela Desty, tapi setelah itu kitakan baikkan sama Rani. Semenjang itu
kamu malah sering bilang ‘Kuat ya Des, kuat’ ke Desty. Apa maksud dari semua
itu?” tanya Lesya.
“Aku hanya memberi
dukungan kepadanya,” aku menarik nafas “Karena yang aku tahu, Rani seperti
ingin merusak hubungan Desty dengan Bagas, Desty sering menangis karena
kelakuan Rani, dan jujur aku tahu bagaimana rasanya jika dibegitukan,” jawabku
dengan aliran air mata deras dimataku. Jujur, aku sangat sakit.
“Yaudalah, terserah,”
jawab Lila.
Semua alasan mengapa
mereka membenciku sudah mereka utarakan. Aku hanya bisa membisu. Entah apa
namanya rasa yang sedang bergejolak dalam dadaku ini. Pedih, marah, sedih,
semua bersatu padu dengan sukses telah menghasilkan aliran deras dipipiku. Memang
aku sangat kesal dengan Rani, tapi entah mengapa aku tidak bisa menunjukan rasa
kekesalanku padanya. Justru aku lebih sering takut jika berhadapan dengannya. Bukan
berarti aku seperti yang diutarakannya, jika memang aku memakai topeng, tidak
mungkin aku rela dimusuhin Lila, Lesya, Paras, dan Timeh, hanya untuk
membelanya. Itu benar – benar tulus datangnya dari hatiku. Ingin sekali aku
berbicara seperti itu, tetapi seperti ada sesuatu yang memaksaku untuk diam dan pasrah menerima
keadaan.
“Satu hal yang harus
kalian tahu. Tanpa teman – teman, tak ada seorang pun yang memilih untuk hidup
meskipun, ia memiliki segalanya. Mending kita saling memaafkan,” kata Timeh.
“Ya aku bisa
memaafkannya,” jawab Paras.
“Aku juga,” sahut
Lila.
“Ya aku juga bisa
kok,” sahut Lesya
“Bagaimane dengan kamu
Ran?” tanya Timeh.
“Sangat sedikit! jawabnya.
Semua pun tercengan
mendengar jawabannya. Terutama aku.
“Loh? Kenapa? Biarin
sih aku jahat, daripada aku munafik!” jawabnya.
Kami pun salling
bermaafan. Diantara mereka hanya Rani yang tidak bisa memaafkanku. Sebenernya, hatiku berontak diperlakukan seperti itu
olehnya.
***
0 komentar:
Posting Komentar