Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Semua Akan Indah Pada Waktunya (Part1)

Kulihat barisan tulisan – tulisan acak dari teman – temanku yang ada di dunia maya. Aku tersontak begitu melihat satu akun yang dekat bahkan sangat akrab denganku menuliskan serangkaian kata – kata yang semakinku baca, semakin menyesakkan dadaku. Serangkaian kata – kata itu sepertinya menjelaskan diriku dalam arti lain yang negatif.  Aku tidak mengerti  mengapa dia tega – teganya menjelek – jelekkanku di dunia maya. Kalian tahu kan dunia maya itu apa? Dunia yang tak mengenal batas, ruang, dan waktu. Padahal, dia adalah sahabat karibku.  Ya…. Dialah Rani, orang yang selalu membuatku merasa nyaman untuk mencurahkan curahan hatiku. Dialah pemberi saran terbaik dari semua masalahku. Masalah percintaan, masalah persahabatan, bahkan masalah keluarga sekalipun. Rani juga orang yang paling dekat denganku diantara kelima sahabatku yang lain. Ya…. Kami bergabung dalam sebuah grup dance yang dikenal dengan nama GOLD, tapi kami bukan hanya sekedar grup dance, persahabatan yang sangat erat membuat GOLD sangat berarti bagi masing – masing kami, terutama bagiku.
***
            “Kak aku bingung, aku harus bagaimana sekarang, sepertinya Rani marah deh sama aku. Tapi aku tidak tahu letak kesalahanku. Kalau begini caranya, bagaimana aku bisa intropeksi diri. Dia hanya menulis serangkaian kata di akun situs jejaring social yang membuatku sakit sekali,” jelasku.
            “Memangnya kamu tidak merasa punya salah dengannya? Tidak mungkin kan dia begini kalau kamu tidak salah. Coba saja kamu tanya baik – baik dengannya,” jawab kakaku tegas.
            “Aku mengerti Kak, aku takut sekali untuk menanyakan hal ini kepada mereka.  Mereka berlima, aku hanya sendiria,.” kataku
            “Kalau begitu, Kakak yakin sekali tidak semua dari mereka kesal denganmu. Minta saja bantuan diantara Lila, Lesya, Paras, dan Timeh, untuk menyelesaian masalahmu,” jawabnya secara bijak.
            Ya… Lila, Lesya, Paras, Timeh, Rani dan aku tergabung dalam GOLD. Kita semua mempunyai sifat berbeda – beda yang saling melengkapi, yang tak kalah penting kami mempunyai ciri khas yang kadang sering menjadi bahan lelucon ketika kami sedang bersama. Lila dengan suara khasnya, Paras dengan jidatnyta yang jenong, kehiperaktifan Lesya, rambutnya Timeh yang bondol, Rani yang pendek (hahaha, karena dia paling pendek diantara kita) dan aku? Biar kalian yang menilai sendiri.
            “Baik Kak, aku coba. Semoga semua baik – baik saja dan seperti yang kuinginkan,” tuturku.
***
            “Timeh, aku mau ngomong sama kamu. Aku butuh sekali bantuanmu, Meh. Kamu tau kan posisiku sekarang di GOLD? Aku percaya, kamu yang paling bijaksana diantara kita. Bantuin aku buat nyelesain  masalah ini,” kataku sambil berlinang air mata.
            “Udah udah Mil, tenang aje. Aku pasti bantuin kamu. Sekarang, kamu tenangin diri dulu, kita segara ngomong sama mereka.” jawab Timeh dengan bijaksana.
            Saat Timeh memanggil mereka, hatiku bener – bener berdegup kencang. Aku takut, kesal, benci, sedih, dan bingung, semua menghantui perasaanku saat ini. Apa yang harus aku lakukan? Memandang mata mereka saja membuatku berlinang air mata. Apalagi disaat kita memasuki ruangan Lab Bahasa, aku benar -  benar takut, bahkan sangat takut.
            “Udeh pada tau kan pastinye kenape aku ngumpulin kalian disini? Sekarang langsung aje, aku mau denger satu persatu alesan kalian mengapa kalian begini ke Silmy, terutama kamu Ran,” kata Timeh dengan tegas.
            “Oh aku? Sudahlah, aku tidak mau bermunafik ria. Ini yah yang namanya sahabat? Di depanku, kamu memakai topeng malikatmu. Dibelakangku, itulah  sifat aslimu. Kau memang Devil Bertopeng Angel. Kamu itu munafik Mi. Kamu fikir, apa kamu saja yang sakit hati? Aku lebih sakit Mi, terlebih diantara kita aku paling dekat denganmu. Aku fikir kamu memang benar -  benar baik, tapiku rasa aku salah menilaimu, terjawablah sudah semuanya,” jawab Rani panjang lebar.
            “Aku munafik? Seperti apa?” tanyaku dengan air mata yang sudah mengalir di pipiku.
            “Banyak!” jawab Lila dengan cepat.
            “Seperti apa? Aku benar – benar tak mengerti,” tanyaku lagi.
            “Gini aja deh, Desty aja sampai bilang sebenernya Silmy itu memihak ke siapa sih? Rani?” sahut Lila. “Dia sampe bilang gitu berarti dibelakang Rani kamu jelek – jelekin Ranikan?” lanjutnya.
            Desty, ya dialah pacar Bagas sekarang. Dahulu memang Rani terlibat konflik dengan  Desty. Bagaimana tidak, dulu Bagas adalah pacar Rani, setelah mereka putus, Bagas mendekati Desty, mungkin Rani merasa tidak terima. Jujur saat itu kami semua membela Desty.
            “Benar Mi, dulu kita memang membela Desty, tapi setelah itu kitakan baikkan sama Rani. Semenjang itu kamu malah sering bilang ‘Kuat ya Des, kuat’ ke Desty. Apa maksud dari semua itu?” tanya Lesya.
            “Aku hanya memberi dukungan kepadanya,” aku menarik nafas “Karena yang aku tahu, Rani seperti ingin merusak hubungan Desty dengan Bagas, Desty sering menangis karena kelakuan Rani, dan jujur aku tahu bagaimana rasanya jika dibegitukan,” jawabku dengan aliran air mata deras dimataku. Jujur, aku sangat sakit.
            “Yaudalah, terserah,” jawab Lila.
            Semua alasan mengapa mereka membenciku sudah mereka utarakan. Aku hanya bisa membisu. Entah apa namanya rasa yang sedang bergejolak dalam dadaku ini. Pedih, marah, sedih, semua bersatu padu dengan sukses telah menghasilkan aliran deras dipipiku. Memang aku sangat kesal dengan Rani, tapi entah mengapa aku tidak bisa menunjukan rasa kekesalanku padanya. Justru aku lebih sering takut jika berhadapan dengannya. Bukan berarti aku seperti yang diutarakannya, jika memang aku memakai topeng, tidak mungkin aku rela dimusuhin Lila, Lesya, Paras, dan Timeh, hanya untuk membelanya. Itu benar – benar tulus datangnya dari hatiku. Ingin sekali aku berbicara seperti itu, tetapi seperti ada sesuatu  yang memaksaku untuk diam dan pasrah menerima keadaan.
            “Satu hal yang harus kalian tahu. Tanpa teman – teman, tak ada seorang pun yang memilih untuk hidup meskipun, ia memiliki segalanya. Mending kita saling memaafkan,” kata Timeh.
            “Ya aku bisa memaafkannya,” jawab Paras.
            “Aku juga,” sahut Lila.
            “Ya aku juga bisa kok,” sahut Lesya
            “Bagaimane dengan kamu Ran?” tanya Timeh.
            “Sangat sedikit! jawabnya.
            Semua pun tercengan mendengar jawabannya. Terutama aku.
            “Loh? Kenapa? Biarin sih aku jahat, daripada aku munafik!” jawabnya.
            Kami pun salling bermaafan. Diantara mereka hanya Rani yang tidak bisa memaafkanku. Sebenernya,  hatiku berontak diperlakukan seperti itu olehnya.
***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar