Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Semua Akan Indah Pada Waktunya (Part3)



     Tekadku sudah bulat, aku harus segera menjauh dari sosok Rani, jujur saja aku tidak mau sekelas lagi dengannya, bukan karena aku benci padanya, tapi karena setiap melihatnya dadaku terasa sakit sekali. Jika aku menjauh dari Rani, itu artinya aku harus siap kehilangan kelima sahabatku yang lain, yang memang aku sayangi dan berarti bagiku. Akhirnya aku pun majauh dari mereka. Kita pun menganal kata lupa dan melupakan. Begitulah nasib perkenalan GOLD memalui jembatan pertemuan di Acara Pensi, Peringatan Hari Ulang Tahun Sekolah. Kita merasa hanya berkepentingan dengan dunia kita sendiri. Kita sempat asing satu sama lain. Jika kebetulan bertatap muka, yang diproses dalam ingatan kita hanyalah “Aduh… siapa yaaaa? Kaya pernah liat, pernah deket, cuman kapan? Dimana?” Dan cukup. Bahkan kita tidak berkepentingan memberi jawaban atas pertanyaan itu.
Aku pun bertemu dengan sahabat – sahabat baruku yang memberi angin segar yang dan tak kalah super jika dibandingkan dengan mereka. Mereka yang bisa membuat aku tersenyum dan ceria kembali.
Terlebih lagi aku mendengar kabar perilaku Rani yang semakin menjadi – jadi  dan mulai banyak yang tidak suka dengan perilakunya. Seketika aku kaget, satu persatu anggota GOLD mulai ikut menjauh dari Rani, dan sepertinya GOLD malah menjadi benar - benar hancur, tapi sejujurnya aku merasa sedikit lega, karena syukur jika memang mereka semua mengetahui siapa yang benar – benar jahat.
Tak sengaja, aku, Lila, Lesya, dan Paras bertemu berbarengan. Sayang sekali waktu itu Timeh sedang tidak masuk. Tiba – tiba Paras memeluk erat tubuh Lila.
“Lil, maafin aku Lil, maafin aku,” katanya sambil memangis seseggunkkan.
“Iya Ras, aku ngerti kok,” jawab Lila dengan lembut.
“Maafin aku Lil, aku menjauh dari kamu bukan karena aku benci padamu, tapi karena aku tidak ingin merusak kebahagian kamu dengan Rani, sementara aku tidak bisa bersikap biasa dengannya karena kejadian masa lalu aku dengannya, jadi lebih baik aku yang mengalah,” ucap Paras berderai air mata.
Ya, Rani dan Paras pernah terlibat konflik dengan Bagas. Paras pernah suka dengan Bagas disaat Mutia dan Bagas sudah putus. Hingga akhirnya Paras merelakan Bagas hanya untuk menjaga persahabatan kami. Mungkin, Paras baru sadar dan sakitnya baru terasa saat – saat ini.
“Ya, kalau aku sih menjauh dari dia karena… Hem… sudahlah, aku sudah malas membahasnya,” jawab Lesya dengan muka murung.
Kita semua pun tertawa. Ini sedikit mencairkan suasana. Aku merasa saat itu adalah saat yang tepat untuk aku menjelaskan kepada mereka mengapa dulu aku tiba – tiba menjauh dari mereka.
Aku pun memberanikan diri untuk menjelaskannya “Kalau aku, heemmm… maaf aku tidak terima dulu dibilang munafik, maafkan aku,”
Akhirnya kami pun berpelukkan dan saling memaafkan. Kalau yang aku tahu tentang Rano sih, katanya dia tidak mau mejilat ludahnya sendiri, sejujuenya Lesya, Paras, Timeh, dan aku pun sudah malas dengannya, untuk memaafkannya mungkin iya, tapi untuk kembali bersahabat dengannya mungkin sudah tidak bisa lagi, entahlah, biarkan waktu saja yang mejawab. Kami pun bertekad untuk kembali menata persahabatan kami yang sempak karenanya.
Sejak saat itu pula aku mengerti satu hal ‘Hidup itu sederhana, pilih dan jangan pernah menyesalinya.’
***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar